Tiga tahap pengukuran kemampuan membaca dilakukan dengan menggunakan metode yang identik sama, masing-masing dilakukan pada tahun 1995-1997, 2003 dan 2008. Bidan yang ditunjuk memilih secara acak satu dari empat kalimat yang telah disiapkan. Setiap wanita, yang mengunjungi klinik, diminta untuk membacanya dan system penilaiannya didasarkan pada “benar/salah”. Hasil penilaian tersebut kemudian dibandingkan dengan outcome kehamilannya.
Hasilnya : secara keseluruhan 47% (1149/2424) wanita yang diteliti mampu membaca. Peningkatan signifikan teramati pada kelompok wanita migrant (34% pada tahun 2003 vs 46% tahun 2008, p=0,01), tetapi sebaliknya pada kelompok wanita pengungsi (47% tahun 1995-1997, 49% tahun 2003 dan 51% tahun 2008). Wanita yang melek huruf lebih besarnya kemungkinnya beretnis non-Karen, primigravidae, tidak merokok, tetap bebas malaria selama kehamilan dan melakukan persalinan di klinik kesehatan. Perkembangan outcome kehamilan (berkurangnya kelahiran premature, berat badan lahir rendah, dan kematian neonatal) antara tahun 1995-1997 dan 2003, secara signifikan tidak terkait dengan tingkat melek huruf.
Sebagai kesimpulan secara signifikan penurunan outcome kehamilan yang buruk tidak ditentukan oleh tingkat melek huruf. Akses pelayanan diagnosis dini malaria dan pengobatannya pada populasi ini, serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih memainkan peran yang lebih dominan, sekalipun si ibu tidak mampu membaca.
- Judul Penelitian : Improved pregnancy outcome in refugees and migrants despite low literacy on the Thai-Burmese border: results of three cross-sectional surveys.
- Tim Peneliti : Verena I Carrara, Celia Hogan, Cecilia De Pree1, Francois Nosten and Rose McGready
- download naskah: http://adf.ly/4dwh2
- Tanggal Publikasi : 17 Juni 2011
Download artikel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar