Minggu, 08 Juli 2012

Kehamilan Usia Remaja dan Resikonya

Di tengah arus informasi akibat globalisasi terjadi perubahan perilaku yang makin dapat menerima hubungan seksual pra-nikah sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya terjadi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penularan penyakit menular seksual (PMS). Hal tersebut terjadi hampir di semua negara dan harus diakui sebagai suatu fakta yang memerlukan pemecahan serius. Di negara yang telah maju, hidup bersama sampai mempunyai beberapa anak sudah dapat diterima oleh masyarakat, tetapi situasi demikian belum dapat diterima di negara berkembang, khususnya pada masyarakat yang berorientasi religius seperti di Indonesia.
Dua dampak yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi persoalan kehamilan usia remaja, diantaranya :


Faktor psikologis yang belum matang

  • Alat reproduksinya belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi
  • Remaja berusia muda dan masih menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara dan seterusnya, dan dapat putus pekerjaan yang baru dirintis
  • Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat
  • Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri
  • Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok, atau minuman keras
Dari sudut fisik
  • Mungkin kehamilan ini tidak jelas siapa ayah sebenarnya
  • Kehamilannya dapat disertai penyakit menular seksual (PMS), sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap
  • Tumbuh kembang janin dalam rahim yang belum matang dapat menimbulkan abortus, persalinan prematur atau gestosis
  • Dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya
  • Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif
  • Pada outcome janinnya dapat terjadi kelainan kongenital, berat badan lahir rendah
  • Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja relatif tinggi dibandingkan masa reproduksi sehat antara usia 20 - 30 tahun
Masalah hubungan seksual remaja saat ini bukan merupakan hal yang tabu lagi karena bebebrapa faktor yang memberi peluang. Terdapat empat fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapat keturunan), rekreasi (untuk dinikmati keberadaanya), untuk relasi dalam hubungan kekeluargaan dan akhirnya bersifat institusi, yaitu kewajiban suami untuk istrinya. Di kalangan remaja kota besar, kemungkinan dua fungsi sudah tidak ditabukan lagi yaitu, rekreasi dan relasi atau persahabatan. 
Masalah hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam bidang kedokteran, sedikitnya tiga cabang ilmu, yaitu andrologi dan seksologi, ilmu penyakit kulit dan kelamin serta ilmu kebidanan dan penyakit kandungan.
Mungkin telah terjadi pelacuran terselubung untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup bagi remaja yang disebabkan semakin menariknya berbagai bentuk industri kosmetika, pakaian dan lainnya.
Persoalannya adalah bagaimana cara mengendalikan hal tersebut sehingga dampaknya tidak merugikan, seperti terjadi kehamilan yang akan merisaukan remaja yang berkaitan dengan faktor psikologis dan penyakit menular seksual. Hubungan seksual remaja dapat memicu kematian maternal dan perinatal, merupakan ujung gunung es yang pangkalnya tidak diketahui seberapa besar. 
Upaya untuk mengendalikannya memang sangat sulit dan memerlukan sikap berani mengakui kenyataan, sehingga langkah yang diambil sesuai dengan keadaan, tempat dan waktu yang tepat. Secara umum dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Sebelum terjadi kehamilan

  • Menjaga kesehatan reproduksi dengan jalan melakukan hubungan seksual aman dan bersih
  • Menghindari multipartner (umumnya sulit dihindari)
  • Mempergunakan KB remaja, diantaranya kondom, pil, dan suntikan sehingga terhindar dari kehamilan yang tidak diinginkan
  • Memberikan pendidikan seksual sejak dini
  • Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui ajaran agama masing-masing
  • Segera setelah melakukan hubungan seksual menggunakan KB darurat penginduksi haid atau misoprostol dan lainnya.
    2.   Setelah terjadi kehamilan 
         Setelah terjadi konsepsi sampai nidasi, persoalan semakin sulit karena secara fisik dan hasil nidasi   
         mempunyai beberapa ketetapan sebagai berikut :

  • Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai hak untuk hidup dan mendapat perlindungan
  • Hasil konsepsi dan nidasi merupakan zigote yang mempunyai potensi untuk hidup
  • Hasil konsepsi dan nidasi "nasibnya ditentukan oleh ibu yang mengandung"
  • Hasil konsepsi dan nidasi mempunyai landasan moral yang kuat, karena potensinya untuk tumbuh kembang menjadi generasi yang didambakan setiap keluarga.
Berdasarkan pertimbangan, dapat dikemukakan beberapa langkah yang dapat diambil, diantaranya :

  • Membiarkan tumbuh kembang sampai lahir, sekalipun tanpa ayah yang jelas dan selanjutnya menjadi tanggung jawab negara
  • Berdasarkan hak negara, bayi dapat dialihkan haknya kepada orang lain. Mereka dinikahkan sehingga bayi yang lahir mempunyai keluarga yang sah
  • Di dalam lingkungan negara yang dapat menerima kehadiran bayi tanpa ayah, pihak perempuan memeliharanya sebagai anak yang lazim
  • Dapat dilakukan terminasi kehamilan dengan berbagai tehnik sehingga keselamatan remaja dapat terjamin untuk menyongsong kehidupan normal sebagaimana mestinya.
 Upaya aborsi secara ilegal dapat menimbulkan komplikasi yang menyedihkan dengan kesakitan dan kematian yang tinggi. Di Indonesia diperkirakan 2 - 2,5 juta aborsi dilakukan setiap tahun, secara legal sekitar 750.000, sedang sisanya mungkin illegal. Hubungan seksual pranikah di Indonesia telah cukup merisaukan dan ada kecenderungan makin diterima oleh masyarakat. Persoalan selanjutnya adalah bagaimana mencegah kehamilan yang berulang, meningkatkan budi pekerti dan aktifitas yang lebih bermanfaat pada remaja. Bila hal tersebut sulit dilakukan, gunakan KB remaja dengan resiko yang paling ringan.




Referensi : 

Kreautner A Karen Kessler: Adolesent Obstetrics and Gynecolory, New York Book Publisher 7978.
Biran Affandi:, Kesehatan Reproduksi dan Kepemimpinan. Pidato pengukuhan guru besar tetap Obgin FKUI 10 Juli 2000
Network Adolescent reproduction health: Family Planning International, Vol 20 Num 3, 2000
Manuaba IBG: Kehamilan remaja, dalam llmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC Jakarta 26,1998.
Schellen T: Sexual Behaviour and Contraception in Adolescent. European Press Medikon 7975, Ghent Belgium.
Foster Henry W: Teen Pregnancy, Problema and Approaches. Panel Presentation, Am J. Obgyn, 1999



1 komentar: