Banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan tindakan pelecehan dan
pengabaian pada semua kelompok umur. Korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
harus dianggap sebagai kelompok pasien yang membutuhkan perhatian khusus.
Penelitian Multi center yang dilakukan di Slovenia ini bertujuan
mengakses prevalensi KDRT pada pasien puskesmas, dan mengidentifikasi faktor
yang berpengaruh pada terjadinya kekerasan fisik dan psikologis serta
konsekuensinya (fisik, seksual dan reproduksi, psikologis) yang diperoleh dari
rekam medis. Penelitian melibatkan 28 dokter keluarga di Slovenia tahun 2009.
Para
dokter keluarga tersebut mewawancarai setiap keluarga ke lima yang berkunjung
ke tempat praktek, tanpa membedakan jenis kelamin, tentang kemungkinan adanya
tindak kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya, termasuk jenis kekerasan
dan frekuensinya. Dari 840 pasien diwawancarai, 829 secara individu berhasil
menyelesaikan wawancara (respon rate 98,7%), diantaranya terdiri dari 61,0%
(n=506) wanita dan 39.0% (n=323) laki-laki. Mereka itu mewakili sampel random
pengunjung dokter umum, berusia 18 tahun ke atas, berkunjung untuk memeriksa
kesehatannya dan dilakukan pemeriksaan fisik, tidak termasuk kunjungan yang
hanya untuk kepentingan administratif (tes kesehatan, misalnya). Dilakukan
analisis multivariat binari logistik regresi untuk menentukan faktor-faktor
yang terkait dengan terjadinya kekerasan fisik dan psikologis yang dialami.
Diantara 829 responden, 15,3% mengaku mengalami kekerasan dalam rumah
tangga dalam periode lima tahun terakhir, 5,9% mengalami kekerasan fisik dan
9,4% kekerasan psikologis. Yang mengalami kekerasan psikologis 19,2% laki-laki
dan 80,8% wanita, sedangkan yang mengalami kekerasan fisik 77,6% diantaranya
wanita. Korban kekerasan fisik terbanyak wanita (p<0,001), berusia hingga 35
tahun (p=0,001). Prevalensi kekerasan psikologis lebih banyak bila dibandingkan
kekerasan fisik. Pada kelompok responden wanita 20,0% mengaku selain mengalami
kekerasan psikologis mereka juga sering atau terus-menerus mengalami kekerasan
fisik, sementara pada kelompok responden laki-laki 8% mengaku selain mengalami
kekerasan psikologis juga terkadang mengalami kekerasan fisik. Suami atau
pasangan hidup diakui sebagai pelaku kekerasan dalam rumah tangga pada kelompok
responden wanita, pada responden laki-laki pelakunya adalah anggota keluarga lainnya.
Hasil analisis univariat jenis kelamin wanita dianggap sebagai faktor resiko
mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Model regresi, menjelaskan 40% varians,
memisahkan dua faktor yang terkait dengan kejadian kekerasan dalam rumah tangga
: penyalahgunaan alkohol pada pasien (OR 4,7; 95% CI 1,54 – 14,45) dan
pengangguran (OR 13,3; 95% CI 1,53 – 116,5).
Sebagai kesimpulan, sepanjang memenuhi desain penelitian ini,
faktor-faktor yang diidentifikasi terkait dengan kekerasan fisik dan
psikologis dalam rumah tangga dapat
dipakai sebagai determinan untuk meningkatkan kepekaan para dokter keluarga
dalam mengeksplorasi prevalensi KDRT di wilayah tugasnya. Hasil penelitian
terdahulu menunjukan sekurang-kurangnya prevalensi KDRT pada pasien pelayanan
kesehatan primer di Slovenia 15%, dan faktor resikonya adalah jenis kelamin
wanita.
- Judul Penelitian : The prevalence of exposure to domestic violence and the factors associated with co-occurrence of psychological and physical violence exposure: a sample from primary care patients
- Tim Peneliti : Polona Selic, Katja Pesjak, Janko Kersnik
- Publikasi : BMC Public Health
- Tanggal Publikasi : 4 Agustus 2011
- Download naskah : http://adf.ly/4dwS1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar