Rabu, 13 Juli 2011

Minuman Soda Diet Beresiko Gangguan Vaskuler

Bagi banyak orang yang bermasalah dengan berat badan dan berupaya untuk melakukan diet, tentu berupaya untuk memilih asupan makanan yang sesuai dengan program dietnya. Salah satunya, yang gemar minum minuman bersoda, tentu memilih minuman soda diet. Namun ada kabar yang kurang menggembirakan bagi penggemar minuman soda diet, ternyata minuman tersebut bukan alternatif yang lebih sehat sebagaimana yang diharapkan. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa minuman soda diet meningkatkan risiko untuk mengalami stroke, infark miokard, dan kematian akibat gangguan vaskular.
"Orang-orang yang minum soda diet setiap hari mengalami risiko 61% lebih tinggi gangguan vaskular daripada mereka yang melaporkan tidak minum soda," kata Ketua tim peneliti, Gardener Hannah, ScD, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Miami Miller School of Medicine di Florida, kepada para wartawan yang menghadiri sebuah konferensi pers pada Konferensi Stroke Internasional.

Risiko tetap muncul setelah control untuk sindrom metabolik, penyakit vaskular perifer, dan riwayat penyakit jantung (risiko relatif, 1,48; Confidence Interval 95%, 1,03-2,12). "Ini adalah laporan pendahuluan dari asosiasi ini," kata juru bicara American Stroke Association , Larry Goldstein, MD. "Saya pikir alangkah baiknya jika dilakukan moderasi pada kalayak agar melihat informasi ini dan mempertimbangkan dalam konteks faktor-faktor risiko yang lain.."
Para peneliti mengkaji 2500 orang yang berpartisipasi pada penelitian multietnis di Northern Manhattan. Peserta diminta untuk melaporkan berapa banyak dan apa jenis soda yang mereka minum.
Setelah dilakukan follow-up selama kurang lebih 9,3 tahun, terjadi 559 kasus gangguan vaskular, termasuk stroke iskemik dan hemoragik.
Para peneliti juga mengamati sedikit peningkatan risiko yang signifikan untuk mengalami gangguan vaskular diantara mereka yang mengonsumsi soda diet setiap hari dan minuman soda sekali atau lebih sebulan (adjusted relative risk , 1,74; confidence interval 95%, 0,96-3,16).
Seperti dilaporkan oleh Medscape Medical News, pada penelitian sebelumnya telah dinyatakan adanya hubungan antara konsumsi soda diet dan risiko menderita sindrom metabolik dan diabetes. Tapi ini untuk pertama kalinya minuman diet telah dikaitkan dengan gangguan vaskular. "Ini merupakan studi observasional dan bukan uji coba acak prospektif," kata Dr Goldstein, dari Stroke Center Duke, di Durham, North Carolina, menjelaskan. "Ini baru sebuah asosiasi dan belum terbukti hubungan sebab akibat."
Para peneliti mengakui bahwa perlu dilakukan penelitian lanjutan. Mekanisme potensial untuk mengetahui hubungan antara soda diet dan kejadian vaskular tetap belum terungkap.
Apa yang harus disarankan para dokter kepada pasiennya berdasarkan informasi yang kita miliki saat ini ? Steven Greenberg, MD, dari Harvard Medical School di Boston, Massachusetts, menyarankan agar pasien mulai melakukan diet yang sehat dan olahraga teratur. "Ketika sindrom metabolik dan resiko diabetes telah diatasi, maka kita perlu mempertimbangkan mengurangi konsumsi soda." Dr.Greenberg adalah wakil ketua Komite Konferensi Stroke Internasional, dan selama wawancara ia menyarankan bahwa pasien tidak perlu terburu-buru untuk menghilangkan minuman diet.
"Saya pikir ini adalah tanda peringatan," katanya, "dan kita perlu memperhatikannya dengan serius."

Penelitian ini didanai oleh Javits award dari the National Institute of Neurological Disorders and Stroke dan the Evelyn McKnight Brain Institute.
Laporan dari American Stroke Association International Stroke Conference. News conference February 9, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar